Minda Mujaddid

26 April, 2006

KEBENARAN HANYA DARI TUHAN(1)


26/04/2006

Allah berfirman dalam al Qur’an yang maksudnya :
" Kebenaran itu datang dari Tuhanmu dan janganlah kamu menentangnya."

Kebenaran atau yang hak itu berasal dari satu sumber saja iaitu dari Tuhan. Ertinya akidah yg hak adalah akidah yang datang dari Tuhan. Pertolongan hidup yang benar itu datang dari Tuhan. Setiap yang benar itu hanya datang dari Tuhan. Akhlak yang benar itu datang dari Tuhan, pendidikan yang benar itu pendidikan yang datang dari Tuhan. Sistem ekonomi yang benar itu sistem ekonomi yang datang dari Tuhan. Sistem politik yang benar itu sistem politik yang datang dari Tuhan. Sistem masyarakat yang benar itu adalah yang datang dari Tuhan. Jemaah yang benar itu jemaah dari Tuhan. Pemimpin yang benar itu pemimpin yang ditunjuk oleh Tuhan. Ilmu yang benar itu adalah ilmu yang datang dari Tuhan. Perjuangan yang benar itu adalah perjuangan yang datang dari Tuhan. Begitulah seterusnya

Kalau kebenaran itu bukan datang dari Tuhan, ia bukanlah kebenaran. Kalaupun benar, ia merupakan kebetulan saja, sebab bukan datang dari Tuhan. Memang ada setengah-setengah ajaran benar, tapi kerena tidak datang dari Tuhan, maka itu suatu kebetulan sahaja. Misalnya semua orang tidak suka mencuri, tapi tidak dikaitkan dengan Tuhan, maka itu bukan kebenaran, hanya fitrah saja.

Kebenaran itu datang dari Tuhan, diamalkan kerena Tuhan dan dengan menggunakan panduan yang datang dari Tuhan. Itulah huraian ayat tadi. Kebenaran yang hak, lawannya kebatilan. Di dunia ini biasanya kebatilan itu lebih banyak dan berlakunya lebih lama. Sedangkan kebenaran datang sekali sekala sahaja.

Oleh kerana kebatilan itu selalunya merusakkan manusia, maka ianya tidak disukai oleh orang, samada ia baik ataupun jahat. Bila gejala masyarakat sudah membiak dan menyusahkan masyarakat, bukan hanya orang baik yang cakap, tetapi orang jahat juga cakap, sebab kebatilan itu menyusahan semua orang. Jangan anggap orang yang tak suka gejala ini hanya orang baik sahaja. Kalau kerana kebatilan yang berlaku dalam masyarakat itu Tuhan akan turunkan hukuman, maka Tuhan tak pilih, orang jahat atau orang baik terkena juga.

Manusia tidak mahu kebatilan, tetapi mereka tidak tahu macam mana melahirkan yang hak.

Ayat yang ke-2 bermaksud, Katakanlah :
“Telah datang yang haq (kebenaran) dan telah lenyap yang batil atau yang palsu. Sesungguhnya yang batil itu pasti lenyap”.

Bagaimana huraian ayat ini? Ayat ini mengatakan bahawa bila datang yang hak atau yang benar, otomatik yang batil hilang. Macam bila datang malam, maka otomatik siang lenyap dan bila datang siang, maka hilanglah malam.

Bagaimana huraian bila datang yang hak, otomatik yang batil hilang? Untuk memahami siang dan malam mudah, sebab Tuhan yang buat. Sedangkan yang jahat dan yang hak manusia yang buat. Kalau berlaku yang hak, orang yang batil dan jahat mendapat nikmat sama, begitu juga bila lahir yang batil, orang yang baik dan jahat susah sama.

Bila malam datang, semua orang terlibat dengan malam, samada dia suka atau. Begitu juga bila datang siang, semua orang kena menerimanya, tak boleh tolak. Begitulah, bila yang hak datang semua suka, samada dia jahat ataupun baik. Bila yang batil datang, bukan hanya orang jahat yang susah, tapi orang baik juga susah. Sebab itu semua manusia samada baik atau jahat menunggu kebenaran, cuma mereka tidak faham bagaimana mewujudkannya.

BEWILDERING SEARCH FOR THE TRUTH

It's bewildering and difficult to seek the truth, during this final era
Especially for the general public whose basic religious knowledge are just sufficient for the obligatory duties (fardh Ain)
Other than that they are unable to differentiate between the right or the wrong, the truth or the astray
The hypocrite accusing others as hypocrite who are actually not-hypocrite
Those deviated from the truth accusing those in the right path as being astrayed
Non-hypocrites being victimised, non-astrayed being cruely accused
Those creating the bid'ah rituals accusing those observing the As Sunnah as creating bid'ah
All because there are so few practising As Sunnah and they are considered by the majority as creating bid'ah
The followers of As Sunnah being victimised, considered as bid'ah
The good people considered as evil, the evil-doers considered as good
As the good people are too few, they are discriminated
discriminated meaning evil or bad from the perception of the majority
Those with high position,anything they said considered as the truth and correct
The general public, even though saying the truth,
their opinions worth no consideration, even though they are pious
Higher status determining the right or wrong to any problems
Isn't it confusing searching for the truth?
This is the character in this final era, being far away from the Prophet
It's really difficult to search for the truth
similar to the search for the white or red eagle
Please show us, oh Allah, the way to the truth
So that we do not get astrayed on our way to You
Oh Allah, please save us!

27.5.2003
Before bedtime

24 April, 2006

TAQWA - DO WE REALLY KNOW WHAT IT MEANS?

22/12/2005

Majority of us do not fully understand the term TAQWA as it has never been taught. The word taqwa is often mentioned but we have not been exposed to the essence or knowledge of taqwa, we have not been shown the ways to achieve taqwa in life. The prerequisite conditions and the pillars of taqwa are never mentioned. Majority have a lackasaidal attitudes to the term taqwa and to some, the term taqwa bears no importance in life due to their lack of understanding.

With lack of understanding, we could not be a person of taqwa even though we are commanded to do so. "Ittaqullah - have taqwa for Allah" has been said but majority do not possess the said attribute. The command for taqwa is mentioned at every sermon during the Friday prayers, meant for the whole congregation and every Muslim. It is a prerequisite for the sermon, otherwise the Friday prayers will be invalid even though the prayer was performed with full concentration(khusyuk).The word taqwa is frequently mentioned,however, most do not understand. It does not turn into knowledge, it is not converted into practice and belief, what more to integrate it into an essence or feelings. As such, how could we turn ourselves into people of taqwa.

Taqwa is not simply performing the commands and abandoning the forbidden. It is not simply accomplishing obedience and avoiding immorality. It is not simply staying away from what is forbidden (haram) and fulfilling the obligatory duties (fardh). It is not simply avoiding the shirik by executing the religious duties and being obedient to Allah. It is not simply keeping away from all those things which could make us neglect Allah. It is not simply limiting to the permissible (halal) and it is not simply performing duties for a mere obedience to Allah.

This has been the analysis and understanding of taqwa brought upon us by majority of the Muslim scholars including the ustazs,the muallims, the Hafaz of the Quran and Hadis, in fact the muftis and kadhis as well. Taqwa has been simplified, to the majority, taqwa is unimportant.To strive for taqwa to achieve security in this world and the Hereafter seems unnecessary.We need to understand that taqwa has a deeper and wider interpretation and it is one of the most important principles of the religion.


Those performing the commands and staying away from the forbidden or those accomplishing obedience, avoiding immorality may not be on the basis of taqwa. Their obedience could be for other motives such as for monetary benefits, for praise from others, for social influences or winning the hearts of people. Their avoidance of the forbidden, possibly for other reasons as well such as earning respect, upholding their name and position in the society, fear of punishment, slander, humiliation or they fear that they will be ostracized.